
Dihadapan ratusan lulusan, Usman meminta wisudawan betul-betul
menjadi tenaga ahli. Pasalnya, tantangan yang akan dihadapi sangat
besar. Seperti tenaga bidan, tantangannya bagaimana menurunkan kematian
ibu saat melahirkan. Saat ini Indonesia tergolong tertinggal dalam
penurun kematian ibu melahirkan. Sebanyak 85 persen persalinan
sebenarnya normal yang bisa ditangani bidan dari Poltekes. Hanya 15
persen saja kasus perlu dirujuk.
"Teman-teman yang tahu resiko tinggi jangan ditangani sendiri. Rujuk saja untuk menekan resiko kematian ibu dan bayi," katanya.
Kurikulum Poltekes, lanjutnya bukan sembarangan sehingga lulusan punya keahlian terbaik.
Bagi perawat juga terdapat pekerjaan khusus. Tenaga perawat kedepan
sudah dalam spesifikasi khusus. Keperawatan hadir dengan spesialisasi
dalam penanganan pasien di rumah sakit.
Tantangan dan peluang baru juga ada pada ahli gizi. Diantaranya
menangani kekurangan dan kelebihan gizi."Bagaimana anda menanggulangi
kedua ini karena saat ini di Indonesia makin banyak yang obesitas maupun
kekurangan gizi," katanya.
Usman juga berharap lulusan aktif mengembangkan kemampuan mereka
setelah lulus. Diantaranya masuk organisasi profesi sehingga bisa
bertukar pikiran serta mengetahui perkembangan bidang masing-masing.
Wisuda kemarin, Poltekes meluluskan 103 bidan, 60 perawat dan 77 ahli
gizi. Direktur Poltekkes, Rusherina, menuturkan keadaan yang akan
dihadapi lulusan lebih komplek dan kompetitif. Adanya Permenkes RI No
1796 tahun 2011 tentang registrasi tenaga kesehatan, mengharuskan
mahasiswa mengikuti uji kopetensi mendapatkan surat tanda register
(STR).
Mahasiswa yang lulus Poltekes Kemenkes Riau telah dibekali
pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan mengembangkan empat
kecerdasan yaitu intelektual, sosial, emosional dan spiritual. Predikat
lulusan terbaik diraih Irma Fajar Kurniati dengan IPK 3,77 dari Prodi
DIII Gizi.
source: pekanbaru.tribunnews