Pengalaman Seru Menjadi Anak Kos

MAHASISWARIAU.COM - Topik yang membahas kehidupan anak kos memang selalu menarik dan seru untuk diperbincangkan dan ditulis. Meski telat nulisnya gak papalah ya lagian tidak dimaksudkan untuk ikutan freez berhubung saya juga belum terverifikasi. Sekedar berbagi cerita saja. Oke, cekidot…

Ketika kuliah dan bekerja di rantau praktis membuat saya menjadi anak kos. Begitu banyak cerita suka dan duka selama ngekos mengiringi perjalanan hidupku…*halah. Rasanya tak kan cukup menuliskankan dalam satu artikel, kalo saya ceritakan semuanya pasti akan jadi tulisan yang sangat sangat panjaaaang.

Total sudah lima rumah kost yang pernah saya tempati di dua kota yang berbeda, semuanya memiliki kesan dan cerita tersendiri. Rumah kos yang pertama, disinilah sejarah bermula sebagai anak kos saat jamannya masih unyu, cupu dan lugu selepas SMA haha..*dramatisir* maklum sebagai anak kampung yang untuk pertama kalinya kuliah ke luar kota. Jadi tentu saja kenangan ngekos di sana meninggalkan nostalgia yang begitu mendalam wkwkwk.

Rumah kos yang pertama, ya di sanalah akhirnya saya mulai menapaki kehidupan sebagai anak kos. Lokasi kosan dekat dengan kampus hanya perlu waktu sekitar 10-15 menit dengan berjalan kaki untuk menuju kampus. Ketika itu saya ngekos dalam satu rumah dengan jumlah penghuni kos 20 orang mahasiswi yang berasal dari berbagai daerah. Interaksi dengan teman-teman kos yang berasal dari berbagai daerah tersebut membuat saya jadi banyak belajar mengenal kultur budaya, bahasa daerah, adat kebiasaan, sifat dan perilaku seseorang.
Yang seru saat ngekos dengan banyak teman dari berbagai daerah ini biasanya saat pulang kampung banyak yang membawa oleh-oleh makanan khas dari daerah masing2. Inilah momen seru berbagi makanan antar penghuni kos, tentunya sangat menolong di kala persediaan logistik pangan menipis hihi… ;D

Rasa kekeluargaan dan kebersamaan antar sesama penghuni kos sangat saya rasakan saat itu, mungkin karena pengalaman pertama bagi sebagian besar dari kami menjadi anak kos. Terlebih lagi kebanyakan dari kami berasal dari daerah dan jauh dari keluarga, jadi rasa senasib sepenanggungan itu sangat tinggi. Saya menempati rumah kos pertama tersebut sampai saya lulus kuliah tidak pernah pindah, jadi kebayang begitu banyak kenangan dengan rumah kos pertama ini.

Rumah kos yang saya tempati saat itu termasuk tipe kosan mandiri. Kami tidak tinggal bersama induk semang. Ibu kos hanya sesekali menemui kami saat ada keluhan yang kami laporkan dan tentunya saat ibu kos menarik uang sewa kosan. Oh ya, uang sewa kos dibayar per tahun bukan sistem bulanan.

Ibu kosanku ini bisa dibilang juragan kos hahaha… selain kos yang saya tempati beliau juga memiliki sejumlah kos lainnya yang letaknya masih dalam satu gang. Setahu saya di gang tempat saya ngekos, ada 5 kosan lainnya milik ibu kos entah ditempat lainnya saya kurang tau persis. Ada beberapa teman kuliah yang ngekos di rumah kos yang berbeda tapi ternyata ibu kosnya sama juga hihi. Jadi kebayang donk betapa banyak asset yang dimiliki ibu kos ….*takjub.

Uang listrik dan telpon menjadi tanggungan penghuni kos tiap bulannya. Ada jadwal yang menjadi bendahara bulanan untuk menagih uang listrik dan telpon. Saat itu penggunaan hape masih belum marak seperti sekarang, telpon rumah masih sangat diandalkan untuk berkomunikasi. Setiap bulannya bendahara akan meminta print out tagihan telepon dari kantor Telkom. Inilah serunya ketika penghuni kos sibuk melihat nomor telepon dalam lembaran print out yang tertera rincian biaya penggunaan.

Jadi teringat begitu seriusnya kami saat membaca lembaran print out tagihan telpon yang sangat panjang yang memuat deretan nomor telepon dan perincian biaya penggunaan. Setiap penghuni kos yang merasa pernah menelepon sibuk mencari nomor telpon mana yang pernah diteleponnya, kalo sudah ketemu dikasih nama dan ditandai dengan stabilo, kemudian di kalkulasi berapa jumlah yang harus dibayarkan. Terkesan ribet ya haha…yeah begitulah dari pada nelpon dari wartel mumpung kosan ada fasilitas telpon. Biasanya sih anak kos suka nelpon inlok saat menghubungi keluarga lewat telpon kos.

Kenangan yang paling berkesan dengan kemandirian dari rumah kos pertama ini adalah jadwal piket yang menjadi tanggung jawab setiap penghuni kos. Berhubung tidak ada pembantu yang bertugas membersihkan rumah, jadi penghuni kosan lah yang mengerjakannya. Semua penghuni kos mendapat jatah piket, dari mulai menyapu, mengepel lantai, membuang sampah dan membersihkan kamar mandi. Jadwal piket yang sudah dibuat dan disepakati bersama ditempel di depan kamar mandi dan di ruang tengah tempat kami biasa kumpul bareng nonton tv.

Nah, saat jadwal kuliah dan praktikum lagi padat-padatnya atau pas lagi ujian, tugas piket membersihkan rumah ini kadangkala suka jadi beban bagi anak kos…*eh. Tapi yaa karena sudah menjadi tanggung jawab yang harus dijalani, mau tidak mau kami melakukan kewajiban piket yang sudah terjadwal. Tapi hikmahnya jadi melatih kemandirian dan tanggung jawab terhadap kewajiban yang harus dikerjakan. Tugas membersihkan rumah ini biasanya dilakukan pagi hari setelah shalat shubuh.

Hmm, ada begitu banyak cerita dengan rumah kos pertama ini kalo mengenai ngantri menggunakan kamar mandi, waah itu sih sudah hal yang biasa haha. Kenangan yang tak kan pernah terlupa, pernah suatu waktu pompa air rusak, sehingga saya dan penghuni kos lainnya terpaksa numpang mandi di kosan tetangga atau di kosan teman. Benar-benar krisis air saat itu wkwkwk, bayangkan selama dalam masa perbaikan kami harus ngangsu air dari kosan sebelah.

Rumah kos pertama ini begitu penuh warna, sesekali pernah terjadi konflik-konflik kecil yang memicu perselisihan antar penghuni kos yang kadang disebabkan hanya karena kesalah pahaman dan masalah yang sifatnya sepele. Maklumlah begitu beragam karakter teman-teman kosan. Ada teman yang mudah tersinggung/ sensitif, ada yang suka minjem barang penghuni kosan lainnya tapi suka lupa mengembalikan, ada yang pemalas kalo dapat jatah piket membersihkan kamar mandi, dan ada juga tipe teman kos yang rese ingin tau urusan orang … *kepo.

Tinggal satu rumah dengan orang yang baru kita kenal tentu awalnya akan terasa berat. Untuk bisa akrab dan dekat dengan sesama penghuni kos butuh proses dan waktu yang berbeda pada setiap orang. Ada yang sulit beradaptasi dengan teman dan lingkungan kos yang baru. Ada juga yang tipenya bisa langsung akrab dengan orang yang baru dikenal. Nah, proses inilah yang pasti akan menyertai selama kita ngekos untuk pertama kalinya. Tapi percaya deh, kalo sudah akrab dan dekat satu sama lain dengan penghuni kos akan jadi hal yang menyenangkan. Iya kan? Pastinya hihi… ;p

Tuh kaaannnn tulisan ini gak kerasa jadi panjang kali lebar, padahal baru menceritakan rumah kos yang pertama. Itupun belum seluruhnya saya ceritakan, terutama cerita yang horor2 hihihi…Oh ya lingkungan kosan tempat saya ngekos untuk yang pertama kalinya ini di sejumlah rumah kos di halaman belakangnya suka ditemui kuburan, sepertinya makam keluarga. Bagi yang tidak terbiasa mungkin terkesan seram tinggal di rumah yang dekat kuburan. Awalnya ketika tinggal disana saya juga merasakan suasana seram, tapi lama2 jadi terbiasa.

Begitulah sepenggal cerita rumah kos pertama yang sangat bersejarah hahaha, padahal masih banyak yang ingin saya ceritakan. Oke, lanjut cerita rumah kos berikutnya….

Rumah kos kedua sampai dengan kelima, disinilah saya kembali menjadi anak kos ketika memutuskan untuk melanjutkan kuliah lagi dan bekerja diluar kota. Rumah kos yang kedua, ketiga, keempat dan kelima…sangat berbeda kondisinya dengan rumah kos pertama. Tidak lagi dijumpai jadwal piket harian, tidak lagi harus ngantri kamar mandi karena kos yang saya sewa dengan fasilitas kamar mandi dalam, dan tidak ada fasilitas telepon rumah yang bisa digunakan bersama karena penggunaan hape sudah marak.

Hanya saja rasa kekeluargaan dan kebersamaan antar penghuni kos tidak saya rasakan sedekat ketika saya ngekos di rumah kos pertama. Dan satu hal lagi gaya hidup anak kos disini banyak yang terkesan hedonis, tak dipungkiri lingkungan kos yang terletak dipusat kota sangat mempengaruhi. Dan juga lebih terkesan individualis antar penghuninya, bisa jadi karena kesibukan masing-masing dan tidak adanya ruang keluarga tempat ngumpul2 karena tipe rumah kosannya terdiri dari kamar2 yang langsung menghadap halaman rumah.

Diantara kosan yang lainnya, rumah kos kelima merupakan kosan yang paling membuat saya betah suasananya nyaman dan asri, di halaman rumah terdapat tanaman mangga, jambu air dan rambutan, di mana tiap kali berbuah anak kos suka dapat jatah buah yang di bagikan oleh ibu kos. Tidak seperti kosan pertama, disini ibu kos tinggal dalam satu area kosan yang menempati satu rumah terpisah dari kamar2 kos.

Seringkali saat keluarga ibu kos mengadakan acara, anak kos pasti kebagian makanan hehe. Jadi ingat saat mendapat kiriman ketupat opor ayam dari ibu kos pas hari raya idul adha beberapa tahun lalu. Momen mengharukan yang masih lekat dalam ingatan, sambil menyantap sepiring ketupat opor rasanya tenggorokan seperti tercekat ingat suasana lebaran di rumah, gak kerasa air mata menggenang…*mbrebes mili. Waktu itu memang saya tidak sempat pulang kampung untuk merayakan idul adha bersama keluarga karena liburnya yang cuma sehari ditambah kerjaan yang lagi numpuk plus belum pesen tiket kereta untuk pulang. Untungnya masih ada teman kos yang juga tidak sempat pulang kampung.

Rumah kos kedua sampai dengan kelima ini masih berlokasi dilingkungan yang sama, disana memang terkenal daerah kos-kosan. Lokasinya yang strategis dekat dengan kampus, stasiun, mall dan toko buku salah satu faktor yang membuat betah ngekos disana hehe. Jadi ketika memilih pindah kosan pilihannya masih di lingkungan yang sama. Karena jarak antar kosannya masih dekat pas pindahan gak begitu repot, untuk memindahkan barang-barang ada bala bantuan dari teman ;)

Wew sudah lebih dari 1000 kata,.. sebenernya masih banyak yang ingin saya ceritakan secara detail masing2 dari rumah kosan. Oke lah kalo begitu cukup sekian dulu berbagi ceritanya ntar kalo diterusin akan jadi celoteh yang sangat panjaaaaaaang…Salam ^_^

Penulis : Zahra
settia